Reza Puspo, dari Takut Ubur-ubur hingga Jadi Jagoan Triatlon

Written By Unknown on Rabu, 31 Juli 2013 | 13.42





JAKARTA, KOMPAS.com — Bagi kebanyakan orang, triatlon bukanlah cabang olahraga favorit untuk digeluti. Wajar, karena olahraga ini memang butuh kekuatan fisik luar biasa dan keahlian dalam berenang, berlari, serta bersepada.

Salah satu atlet triatlon Indonesia, Reza Puspo, awalnya juga tak yakin untuk benar-benar menggeluti cabang ini. Bukan soal beratnya latihan yang harus dijalani, tapi soal berenang di laut.

“Buat saya yang tinggal di Jakarta, enggak kebayang berenang di laut itu seperti apa. Jangan-jangan ada ikan hiu dan ubur-ubur,” aku Reza, sebelum menjalani latihan rutin di Sultan Residence, Jakarta, Selasa (30/7/2013).

Salah satu penggagas komunitas lari Indo Runners ini mulai mengikuti kompetisi triatlon pada 2010. Saat itu, kompetisi triatlon di Indonesia masih didominasi oleh triatlet luar negeri. Mantan perenang nasional, Richard Sam Bera lah yang mengajaknya untuk mencoba ikut kompetisi tersebut.

“Waktu itu orang Indonesia yang ikut (kompetisi triatlon), masih bisa dihitung jari,” kata Reza.

Awalnya, Reza hanya mengikuti kategori tim relay dan berjuang di bagian sepeda. Setelah tiga bulan, dia akhirnya berani menantang dirinya sendiri untuk masuk ke kategori individu dan melakukan seluruh rangkaian perlombaan.

“Mulai dari jarak yang tidak terlalu jauh dulu di sprint distance. Lama-lama naik jadi olympic distance. Beberapa kali ikut olympic distance, jadi ingin menantang diri sendiri untuk ikut yang half iron distance. Terakhir saya ikut half iron distance di Singapura, tahun lalu, karena di Indonesia jarang sekali yang membuka jarak half iron distance atau iron distance,” terang Reza kemudian.

Pada ajang Metaman Bintan Triathlon 2013 yang digelar di Bintan, Riau, 31 Agustus mendatang, Reza telah menetapkan target khusus untuk dirinya sendiri.

“Target saya bukan mengincar podium, tapi untuk mengalahkan rekor diri sendiri. Sebelumnya di Singapura saya mencatat waktu enam jam 24 menit. Di Bintan nanti, dengan jarak yang sama, saya ingin kalau bisa jadi enam jam,” ungkapnya.

Untuk mencapai target tersebut, Reza berlatih enam kali seminggu. Ia bahkan tetap latihan di bulan puasa. “Biasanya saya istirahat latihan waktu bulan puasa. Tapi sekarang tetap latihan malam hari, kadang satu atau dua jam sebelum buka puasa. Memang berat, tapi ini tantangan baru untuk saya.”

Menurut Reza, Bintan adalah tempat yang sangat cocok untuk triatlet pemula. Rute yang benar-benar steril dari kendaraan, juga pas untuk triatlet yang berniat memecahkan rekor sendiri.

“Yang saya suka di Bintan, lautnya tenang, lebih nyaman untuk berenang. Ubur-ubur ada sih. Tapi kecil, paling disengat sedikit. Rasanya kayak kesetrum, nusuk-nusuk sedikit lah,” candanya.

Menurut triatlet 42 tahun ini, tak harus menjadi atlet untuk bisa mengikuti kompetisi triatlon. Semua orang yang memiliki keinginan kuat, bisa saja berhasil, karena triatlon adalah ajang uji ketahanan.

“Saya bukan atlet, tapi saya bisa. Apalagi, dari yang saya lihat, semakin bertambah umur malah semakin cepat (menyelesaikan kompetisi triathlon). Karena ini adalah olahraga daya tahan. Ada teman saya yang usianya 45 tahun dan bisa menyelesaikan dalam waktu lima jam. Itu jadi motivasi untuk saya. Kalau dia bisa, kenapa saya tidak?” tutup Reza.




Editor : Pipit Puspita Rini















Anda sedang membaca artikel tentang

Reza Puspo, dari Takut Ubur-ubur hingga Jadi Jagoan Triatlon

Dengan url

http://terapialamind.blogspot.com/2013/07/reza-puspo-dari-takut-ubur-ubur-hingga.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Reza Puspo, dari Takut Ubur-ubur hingga Jadi Jagoan Triatlon

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Reza Puspo, dari Takut Ubur-ubur hingga Jadi Jagoan Triatlon

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger